Pesan Hari Akhir - Banyak media massa menyebut telah terjadi baku tembak antara militer Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel). Akibat dari peristiwa itu maka di Semenanjung Korea terjadi ketegangan yang dapat menyulut perang Perang Korea seperti yang terjadi pada tahun 1950-1953. Pihak Korut, seperti yang dikatakan kantor beritanya, KCNA, menganggap serangan itu bukan aksi resmi militer negaranya namun sebuah ekses dari latihan perang yang diadakan di perbatasan laut bagian utara, North Limited Line (NLL). Namun bagi Korsel latihan perang itu ditanggapi secara serius sehingga perang-perang yang dilakukan Korut dianggap sebagai perang sungguhan oleh Korsel.
Bila itu merupakan latihan perang, maka Korut sedang melakukan uji nyali kepada Korsel, sejauh mana negara itu mau melakukan aksi balasan ketika diserang. Dan ternyata Korsel berani melakukan itu. Sebenarnya Korut sudah sering melakukan latihan perang dan menguji rudal-rudalnya namun Korsel jarang terpancing, baru pada peristiwa ini ia terpancing.
Seringnya Korut melakukan provokasi dengan aksi-aksi militer (show force) menyebabkan DK-PBB sering mengingatkan negara tersebut agar tidak memacu perlombaan senjata. Meski DK-PBB telah mengeluarkan Resolusi 1695 dan Resolusi 1718 Tahun 2006 dan Resolusi 1874 Tahun 2009, namun Korut tetap tak mempedulikan resolusi-resolusi itu. Resolusi itu yang dikeluarkan pada tahun 2006 yang salah satu isinya menuntut Korut agar menghancurkan semua senjata nuklir, senjata pemusnah masal, dan rudal-rudal balistik itu, serta resolusi yang dikeluarkan pada tahun 2009 itu yang isinya memperkeras sanksi bagi Korut atas tindakan negara tersebut melakukan uji coba nuklir pada 25 Mei 2009, seolah-olah masuk telinga kanan kemudian langsung keluar dari telinga kiri atau malah balik lagi ke keluar lewat telinga kanannya.
Buktinya, pada 2 Juli 2009, Korut melakukan uji coba peluncurkan rudal jarak dekat atau pendek. Berdasarkan saksi-saksi mata dan intelejen Korsel, empat rudal diluncurkan dari pantai timur Disebutkan juga rudal-rudal itu memilik daya sampai 160 km, namun dalam uji coba itu daya tempuhnya hanya 100 km. Setelah meluncur di udara sejauh itu akhirnya rudal dengan nama KN-1 itu jatuh ke laut.
Adanya uji coba itu sebenarnya sudah diketahui pihak militer Amerika Serikat. Dugaan ini terkait adanya anjuran dari pemerintah Korut agar kepada para pelaut dan nelayan menghindari kawasan sekitar Laut Jepang pada 24 Juni sampai 9 Juli 2009. Dan itu terbukti pada 2 Juli 2009, KN-1 diluncurkan.
Sukses dengan rudal jarak pendek itu, menurut surat kabar dari Jepang dan Korsel tidak membuat Korut puas. Dikatakan oleh kedua surat kabar itu negara berhaluan komunis itu beberapa hari setelah peluncuran itu, rudal jarak menengah Scud-B dan rudal antarbenua, Rodong-1 dengan daya jelajah 1.300 km, juga akan diujicobakan.
Perkiraan itu benar, pada hari Sabtu, 5 Juli 2009, Korut melepaskan 7 rudal Scud yang diluncurkan dari Pangkalan Gitdaeryong, tidak jauh dari Distrik Wonsan, Provinsi Gangwon. Scud yang diluncurkan itu menurut pihak Pertahanan Korsel lebih berbahaya dibanding dengan KN-1 sebab termasuk dalam rudal katagori jarak menengah dengan daya jelajah 400 sampai 500 km.
Ujicoba senjata yang dilakukan Korut itu merupakan ujicoba yang kasusekian kalinya. Sebelumnya, pada 25 Mei 2009, negara itu melakukan ujicoba senjata nuklir. Semua itu dilakukan Korut sebagai bentuk unjuk gigi akan kekuatan militernya dan sebagai protes atas sanksi yang diberikan DK-PBB kepada negaranya.
Bagi Korsel sendiri apa yang dilakukan saudaranya yang berada di sebelah utara selama ini merupakan tindakan provokasi. Akibatnya militer Korsel pun siaga di sepanjang perbatasan laut, udara, dan darat. Pihak Korsel meyakini bahwa penembakan itu dilakukan dengan maksud untuk memanaskan hubungan antarKorea. Sebab rudal yang diluncurkan adalah rudal jarak sedang atau jarak jauh yang daya jelajahnya mampu menjangkau Korsel. Bagi Amerika Serikat sendiri, apa yang dilakukan Korut itu juga merupakan sebuah ledekan sebab ujicoba-ujicoba rudal yang dilakukan itu ada yang bertepatan atau menjelang Independent Day of USA.
Meski DK-PBB telah tiga resolusinya, namun ‘membengkuk’ Korut tidak mudah. Apa faktornya sehingga Korut meski diberi sanksi DK-PBB tetap dengan leha-leha melakukan ujicoba rudal-rudalnya? Faktornya karena sikap China. China sebagai tetangga, saudara lama, dan seideologi komunis dengan Korut membuat sikap China diam-diam mendukung apa yang dilakukan negara itu.
Meski DK-PBB mengeluarkan resolusi namun dalam resolusi itu tidak ada pasal-pasal yang mengatur soal ancaman militer. Bandingkan dengan resolusi DK-PBB kepada Iraq ketika negara itu di bawah Presiden Sadam Husein. Dalam resolusi soal Iraq selain adanya ancaman militer juga adanya deadline kapan ancaman militer itu dilaksanakan.
Bukti dari kasusetiaan China adalah, negara tirai bambu itu tidak bersikap ketika Korut melakukan ujicoba rudal-rudalnya yang dilakukan selama ini. Pada April 2009, China pun secara tegas menolak segala bentuk resolusi DK-PBB terkait peluncuran satelit dan China juga menolak segala bentuk sanksi terhadap Korea Utara.
China sebagai negara yang disegani membuat Amerika Serikat, Korsel, Jepang, dan negara-negara sekutu lainnya berpikir-pikir bila melakukan invasi atau agresi militer kepada Korut. Bila negara-negara itu melakukan invasi dan agresi militer ke Korut, maka China akan melibatkan diri dalam peperangan itu. Untuk itu diplomasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang merasa terganggu dengan ‘kenakalan’ Korut adalah diplomasi bersama China. China diharap oleh Jepang, Amerika Serikat, dan Korsel, agar membujuk Korut untuk menghentikan segala bentuk ujicoba persenjataannya.
Read more »
Bila itu merupakan latihan perang, maka Korut sedang melakukan uji nyali kepada Korsel, sejauh mana negara itu mau melakukan aksi balasan ketika diserang. Dan ternyata Korsel berani melakukan itu. Sebenarnya Korut sudah sering melakukan latihan perang dan menguji rudal-rudalnya namun Korsel jarang terpancing, baru pada peristiwa ini ia terpancing.
Seringnya Korut melakukan provokasi dengan aksi-aksi militer (show force) menyebabkan DK-PBB sering mengingatkan negara tersebut agar tidak memacu perlombaan senjata. Meski DK-PBB telah mengeluarkan Resolusi 1695 dan Resolusi 1718 Tahun 2006 dan Resolusi 1874 Tahun 2009, namun Korut tetap tak mempedulikan resolusi-resolusi itu. Resolusi itu yang dikeluarkan pada tahun 2006 yang salah satu isinya menuntut Korut agar menghancurkan semua senjata nuklir, senjata pemusnah masal, dan rudal-rudal balistik itu, serta resolusi yang dikeluarkan pada tahun 2009 itu yang isinya memperkeras sanksi bagi Korut atas tindakan negara tersebut melakukan uji coba nuklir pada 25 Mei 2009, seolah-olah masuk telinga kanan kemudian langsung keluar dari telinga kiri atau malah balik lagi ke keluar lewat telinga kanannya.
Buktinya, pada 2 Juli 2009, Korut melakukan uji coba peluncurkan rudal jarak dekat atau pendek. Berdasarkan saksi-saksi mata dan intelejen Korsel, empat rudal diluncurkan dari pantai timur Disebutkan juga rudal-rudal itu memilik daya sampai 160 km, namun dalam uji coba itu daya tempuhnya hanya 100 km. Setelah meluncur di udara sejauh itu akhirnya rudal dengan nama KN-1 itu jatuh ke laut.
Adanya uji coba itu sebenarnya sudah diketahui pihak militer Amerika Serikat. Dugaan ini terkait adanya anjuran dari pemerintah Korut agar kepada para pelaut dan nelayan menghindari kawasan sekitar Laut Jepang pada 24 Juni sampai 9 Juli 2009. Dan itu terbukti pada 2 Juli 2009, KN-1 diluncurkan.
Sukses dengan rudal jarak pendek itu, menurut surat kabar dari Jepang dan Korsel tidak membuat Korut puas. Dikatakan oleh kedua surat kabar itu negara berhaluan komunis itu beberapa hari setelah peluncuran itu, rudal jarak menengah Scud-B dan rudal antarbenua, Rodong-1 dengan daya jelajah 1.300 km, juga akan diujicobakan.
Perkiraan itu benar, pada hari Sabtu, 5 Juli 2009, Korut melepaskan 7 rudal Scud yang diluncurkan dari Pangkalan Gitdaeryong, tidak jauh dari Distrik Wonsan, Provinsi Gangwon. Scud yang diluncurkan itu menurut pihak Pertahanan Korsel lebih berbahaya dibanding dengan KN-1 sebab termasuk dalam rudal katagori jarak menengah dengan daya jelajah 400 sampai 500 km.
Ujicoba senjata yang dilakukan Korut itu merupakan ujicoba yang kasusekian kalinya. Sebelumnya, pada 25 Mei 2009, negara itu melakukan ujicoba senjata nuklir. Semua itu dilakukan Korut sebagai bentuk unjuk gigi akan kekuatan militernya dan sebagai protes atas sanksi yang diberikan DK-PBB kepada negaranya.
Bagi Korsel sendiri apa yang dilakukan saudaranya yang berada di sebelah utara selama ini merupakan tindakan provokasi. Akibatnya militer Korsel pun siaga di sepanjang perbatasan laut, udara, dan darat. Pihak Korsel meyakini bahwa penembakan itu dilakukan dengan maksud untuk memanaskan hubungan antarKorea. Sebab rudal yang diluncurkan adalah rudal jarak sedang atau jarak jauh yang daya jelajahnya mampu menjangkau Korsel. Bagi Amerika Serikat sendiri, apa yang dilakukan Korut itu juga merupakan sebuah ledekan sebab ujicoba-ujicoba rudal yang dilakukan itu ada yang bertepatan atau menjelang Independent Day of USA.
Meski DK-PBB telah tiga resolusinya, namun ‘membengkuk’ Korut tidak mudah. Apa faktornya sehingga Korut meski diberi sanksi DK-PBB tetap dengan leha-leha melakukan ujicoba rudal-rudalnya? Faktornya karena sikap China. China sebagai tetangga, saudara lama, dan seideologi komunis dengan Korut membuat sikap China diam-diam mendukung apa yang dilakukan negara itu.
Meski DK-PBB mengeluarkan resolusi namun dalam resolusi itu tidak ada pasal-pasal yang mengatur soal ancaman militer. Bandingkan dengan resolusi DK-PBB kepada Iraq ketika negara itu di bawah Presiden Sadam Husein. Dalam resolusi soal Iraq selain adanya ancaman militer juga adanya deadline kapan ancaman militer itu dilaksanakan.
Bukti dari kasusetiaan China adalah, negara tirai bambu itu tidak bersikap ketika Korut melakukan ujicoba rudal-rudalnya yang dilakukan selama ini. Pada April 2009, China pun secara tegas menolak segala bentuk resolusi DK-PBB terkait peluncuran satelit dan China juga menolak segala bentuk sanksi terhadap Korea Utara.
China sebagai negara yang disegani membuat Amerika Serikat, Korsel, Jepang, dan negara-negara sekutu lainnya berpikir-pikir bila melakukan invasi atau agresi militer kepada Korut. Bila negara-negara itu melakukan invasi dan agresi militer ke Korut, maka China akan melibatkan diri dalam peperangan itu. Untuk itu diplomasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang merasa terganggu dengan ‘kenakalan’ Korut adalah diplomasi bersama China. China diharap oleh Jepang, Amerika Serikat, dan Korsel, agar membujuk Korut untuk menghentikan segala bentuk ujicoba persenjataannya.
*)Penulis